MAKASSAR – Briptu Solagratia Yerusalm Ruhulessin tak pernah menyangka, rumah tangga yang Ia rajut dengan do’a justru robek dari dalam, disayat dua seragam cokelat, saudara sebarisan yang berubah jadi lawan di ranjang cinta.
Cinta yang dulu hangat di ruang tamu kini hanya menyisakan abu. Di balik puing-puing itu, tangis anak perempuannya yang berusia 4 tahun menggema sepi, menunggu ibu yang tak kunjung pulang. Tak ada peluk, tak ada kabar, apalagi nafkah.
“Semenjak 2023, mereka ketahuan berselingkuh berulang kali, tapi saya selalu memaafkan,” ujar Briptu Sola dengan suara lirih, seakan setiap kata itu membawa beban luka yang tak terucapkan.
VS (25), istri yang berseragam Bhayangkari, tak sekadar berpaling hati. Ia larut dalam euforia malam bersama dua anggota Polri: Bripka H dan Bripka DM. Jakarta menjadi panggung di mana cinta lama dibuang dan yang baru dirayakan dalam diam, jauh dari peluk anaknya yang tertinggal di Ambon.
Desember 2023, sempat ada upaya damai. Mereka duduk berempat—Sola, VS, Bripka H, dan istri Bripka H, yakni UA. Janji dipatri untuk mengakhiri hubungan gelap. Namun janji itu, seperti gelas pecah, disatukan hanya untuk kembali retak.
Masalah bukannya reda. Enam bulan kemudian, tepatnya 1 Juli 2024, VS terbang ke Jakarta. Katanya, mencari udara segar. Nyatanya, tinggal di apartemen Kalibata bersama Bripka H selama hampir lima bulan.
Saat suaminya mengejar, yang ia temui bukan pelukan rindu, melainkan pintu yang tertutup dan kebenaran yang pahit.
“Dan sampai sekarang istri saya bahkan tidak pernah menafkahi anak maupun mengunjunginya. Hanya beberapa kali menghubungi anak melalui video call,” lirih Briptu Sola. Kata-katanya seperti serpih kaca—tajam, dingin, dan menyayat.
Tak berhenti sampai di situ. Maret 2025, muncul nama baru: Bripka DM. VS diduga mabuk bersamanya di sebuah hotel, lalu masuk ke kamar mandi berdua selama 40 menit.
“Jadi saat saksi dan temannya D pergi, istri saya V berduaan dengan D di kamar hotel,” kata Sola, membawa kisah itu ke ranah hukum dengan harap akan keadilan yang tak lagi ia temukan di pelukan rumah tangganya sendiri.
Kini, Briptu Sola tak lagi menggenggam cinta. Ia hanya memegang selembar laporan: SPSP2/38/III/2025/Subbagyanduan. Keinginan untuk membalas jauh dari dirinya, tapi dia tahu, keadilan adalah jalan satu-satunya.
Meski hukum tak bisa menjahit luka yang teramat dalam, setidaknya bisa mengeringkan darahnya yang terus mengalir di antara pecahan janji dan pengkhianatan.
“Sudah saya larang, istri saya. Tak boleh ke klub malam, tak boleh konsumsi miras. Tapi itu tak diindahkan,” katanya, suara yang seakan tenggelam oleh beban yang tak pernah terungkapkan.
Ia tak lagi punya pelukan untuk menenangkan, tak punya dada untuk bersandar. Ia hanya seorang ayah yang bertahan, menyeka air mata anaknya, sementara istrinya larut dalam mabuk, dan cinta terbagi antara dua seragam yang salah.
Narasumber: Id Amor Zona Faktual News / Ketum SEKAT RI. Editor Red: Egha.